Jumat, 10 Agustus 2007

Boleh Minta Satu Lagi

Seorang ustad muda sedang membagi-bagikan kupon daging kurban kepada para pengemis di sekitar Mesjid Raya di daerah Bukittinggi.
“Nah, ini Pak!, tolong terima kertasnya”
“Untuk apa, kertas ini, Nak. Ini, bukan uang!”. Orang tua itu hampir saja merobek kertas kupon tersebut.
“Jangan jangan, Pak. Kalau tidak perlu biarlah kami kasihkan kepada yang lain”.
Lalu, Pak tua, bertanya kepada kawannya yang usianya masih muda tapi terlihat agak kumuh,
“Kertas apa tadi, tuh?”
“Kupon daging kurban, Gaek. Lumayan setengah kilo”
“Yang benar. Eh, Nak!, mana kertas tadi, tuh. Jangan dikasih sama orang lain, ya.”
“Aman, Gaek”, jawab ustad sambil tersenyum. Setelah ustad itu mendekat. Pak tua itu berbicara agak pelan.
“Masih ada ndak satu kertas lagi, Nak?”

Penyakitnya Sama


Seorang calon pengantin wanita yang tinggal di suatu daerah di pinggiran kota Pariaman ingin sekali memper-lihatkan kamar pengantin yang baru dihiasnya kepada para tetangganya.
Supaya maksud tersebut tercapai, ia sengaja pura-pura sakit agar dikunjungi para tetangganya. Seorang tetangga wanita yang kebetulan suaminya baru pulang dari rantau ingin pula memperlihatkan perhiasan yang baru dibelikan suaminya kepada tetangganya. Maka, kesempatan pertama adalah mengunjungi calon pengantin yang sedang sakit itu. Ketika tangan wanita itu memengang dahinya terdengar bunyi-bunyian gelang yang saling beradu bagaikan bunyi uang logam, lalu ia berkata:
“Wah, rupanya calon anak daro sedang sakit, apa penyakitnya, Piak!
Ditanya seperti itu ia hanya terpesona sambil, menatap gelang, cincin, dan kalung yang dipakai tetangganya itu, barulah ia menjawab:
“Nampaknya penyakit kita sama, Ni